Label

Rabu, 24 Agustus 2016

Berpikir Secara SinKronis dalam Sejarah

Terimaksaih telah berkunjung dan saya harap saudara terbantu dengan informasi yang sudah saya sampaikan dan jangan lupa berikan komentarnya juga ya......:)



Sejarah sebagai ilmu

Pemikiran Sinkronis, Diakronis, dan Kausalitas

            Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena merupakan pengalaman masa lampau yang disusun secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran mengenai masa lampau. Dan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan maka harus dibuktikan secara keilmuan menggunakan metode-metode dan berbagai standard ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, dan  kebenaran tersebut dapat dibuktikan dengan dokumen yang telah diuji sehingga dapat dipercaya sebagai suatu fakta sejarah.
          Sejarah dianggap sebagai suatu ilmu karena sejarah sendiri mempunyai syarat-syarat ilmu, antara lain:
1.      Adanya objek kajian sejarah ialah kejadian-kejadian di masa lalu yang merupakan sebab akibat;
2.      Adanya metode sejarah yang menghubungkan bukti-bukti sejarah;
3.      Kisah sejarah tersusun secara sistematis dan kronologis;
4.      Kebenaran fakta diperoleh dari penelitian sumber yang disusun secara rasional dan kritik (penilaian) yang sistematis;
5.      Fakta bersifat subjektif karena tiap orang melihat masa lampau dengan cara yang berbeda.

1. Berfikir Sinkronis dalam mempelajari sejarah
            Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos yang berarti waktu, masa.
Berpikir sinkronis dalam sejarah adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau bersifat horisontal. Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa/ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
pengertian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Kajian sinkronis sejarah mengandung kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis tidak.  Kajian sinkronis justru lebih serius dan sulit.
Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah  mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dibatasi oleh waktu.Ciri Ciri  sinkronik yakni sebagai berikut :
1.       Mengkaji  pada masa tertentu
2.       Menitik beratkan pengkajian  pada strukturnya(karakternya)
3.       Bersifat horizontal
4.       Tidak ada konsep perbandingan
5.       Cakupan kajian lebih sempit
6.       Memiliki sistematis yang tinggi
7.       Bersifat lebih serius dan sulit



2. Berfikir Diakronik dalam mempelajari Sejarah
Sejarah itu diakronis artinya  me­manjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang.
Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. 
Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. 
Pendekatan diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang masa. 
Diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia artinya melintasi atau melewati dan khronos yang berarti perjalanan waktu.
Dengan demikian, diakronis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas.
Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke jaman berikutnya.
Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis haruslah dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita.

Studi diakronis bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan sejarah Indonesia yang dimulai sejak adanya prasasti di Kutai sampai kini.
Adapun ciri  diakronik yaitu:
a.      Mengkaji dengan berlalunya masa;
b.      Menitik beratkan pengkajian pristiwa pada sejarahnya
c.       Bersifat historis atau komparatif;
d.      Bersifat vertikal;
e.       Terdapat konsep perbandingan;
f.       Cakupan kajian lebih luas;

3. Berpikir Kausalitas dalam mempelajari sejarah sebagai ilmu.
            Cara berpikir kausalitas adalah berpikir dengan hukum sebab-akibat. Sebuah kejadian diawali ‘sebab’ yang menimbulkan ‘akibat’. Sementara, cara berpikir kontingensi, secara sederhana, adalah berpikir bahwa sebuah kejadian terjadi oleh sebab yang beragam (kontingen). Kajian sejarah adalah kajian tentang sebab-sebab dari suatu peristiwa terjadi sehingga hampir merupakan aksioma atau kebenaran umum.

Berpikir Diakronis dan SinkronisDalam Mempelajari Sejarah

Sebagaimana disiplin ilmu yang lain, sejarah sebagai ilmu juga memiliki sifat. Disiplin ilmu eksak memiliki karakteristik sendiri, ilmu bahasa memiliki karakteristik, ilmu sosial juga memiliki sifat. Sejarah sebagai suatu disiplin ilmu memiliki karakteristik tersendiri.
Sejarah seperti dikemukakan Kuntowijoyo memiliki lima sifat yaitu fakta, diakronis, ideografis, unik, dan empiris.
a. Sejarah adalah fakta
Sejarah sebagai fakta dalam artian suatu peristiwa sejarah bukan merupakan hasil rekaan/ rekayasa manusia, melainkan peristiwa yang benar-benar terjadi dalam kehidupan manusia. Fakta sejarah dapat diperoleh melalui proses verifikasi terhadap data atau informasi sejarah.
b. Sejarah sebagai diakronis
Diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia artinya melintasi atau melewati dan khronos yang berarti perjalanan waktu. Dengan demikian, diakronis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba.
Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke jaman berikutnya.
Dalam diakronis perlu dicermati hal berikut :
1) Dalam konsep berpikir diakronis, mempelajari kehidupan sosial secara memanjang berdimensi waktu.
2) Konsep berpikir diakronis memandang masyarakat sebagai suatu yang terus bergerak dan memiliki hubungan kausalitas atau sebab akibat.
3) Menguraikan proses transformasi yang terus berlangsung dari waktu ke waktu kehidupan masyarakat secara berkesinambungan.
4) Menguraikan kehidupan masyarakat secara dinamis.
5) Digunakan dalam ilmu sejarah.
Sedangkan dalam cara berpikir sinkronis perlu dicermati hal berikut :
1) Kerangka berpikir sinkronis mengamati kehidupan sosial secara luas berdimensi ruang.
2) Konsep berpikir sinkronis memandang kehidupan masyarakat sebagai sebuah sistem yang terstruktur dan saling berkaitan diantara unit yang ada.
3) Menguraikan kehidupan masyarakat secara deskriptif dengan menjelaskan bagian per bagian.
4) Menjelaskan struktur dan fungsi dari setiap unit dalam kondisi statis.
5) Digunakan oleh ilmu sosial, seperti geografi, sosiologi, politik, ekonomi, antropologi, dan arkeologi.
c. Sejarah merupakan ideografis
Sebagai ideografis, sejarah dapat diartikan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu peristiwa. Titik utama penelitian dalam sejarah adalah menceritakan atau menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam ruang dan waktu tertentu. Secara singkat, ideografis merupakan deskripsi peristiwa dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman dan mencari makna suatu peristiwa.
Dalam ilmu sejarah (dan ilmu sosial lain) tidak ada hukum atau teori yang pasti untuk menjelaskan peristiwa atau kehidupan manusia. Kehidupan manusia adalah dinamis, sehingga tidak ada kebenaran yang mutlak, yang ada hanya kebenaran sementara atau tafsiran terbatas yang masih terbuka untuk dilakukan verifikasi kembali oleh peneliti atau peneliti lain.
d. Sejarah merupakan sesuatu yang unik
Unik dalam arti bahwa sejarah merupakan peristiwa yang dikaji terjadi hanya sekali dan tidak ada peristiwa lain yang sama persis dengan peristiwa itu.
e. Sejarah bersifat empiris
Sejarah yang disusun peneliti didasarkan pada pengalaman manusia yang sebenarnya, bisa berupa pengalaman keindraan dan pengalaman batiniah (kepercayaan, nilai hidup, norma, etos, dan sebagainya). Dalam hal ini, sejarah banyak bertumpu pada bukti tertulis tentang suatu peristiwa, maupun bukti tidak tertulis. Bukti tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa sejarah setelah melalui proses verifikasi dan interpretasi.
Disarikan dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar: